Selasa, 08 Desember 2015

Tanpa Air dan Udara

Tanpa air dan udara

Jika dia pikir aku bahagia, itu keliru. Aku t'lah jalani masa ini dengan adanya penyesalan karena cemburu merasa tidak teradili olehnya.
Pernikahan ini miskin lahir dan batin atas apa yang aku rasakan.

Jika kau beranggapan bahwa segelas air mampu membuat setangkai mawar bertahan selamanya, itu keliru. Bunga yang t'lah dipetik tak dapat lagi kembali ke taman kecuali mati untuk dibuang. Tak dapat air yang segar, tak dapat teman dan udara segar pula di taman.

-umi-

Kamis, 03 Desember 2015

Sepenggal Hati


Dari kecil aku sudah terbiasa menabung demi membeli baju kesukaanku sendiri. Sampai saat aku kuliah, aku menafkahi diriku sendiri dan membiayai ongkos kuliahku selama 4 tahun lamanya dengan bekerja paruh waktu sebagai guru les. Penghasilan lebih dari 1juta bisa aku dapatkan, bahkan dari sana aku bisa memberi sebagian untuk mama dan mentraktir kakak atau membelikan mainan untuk keponakan2ku tersayang. Alhamdulillah, Allah selalu memberiku rezeki hingga akhir kuliahku menyusun skripsi sampai wisuda yang menghabiskan beberapa lembar uang. Kerja keras kuliah sambil bekerja untuk mendapatkan gelar S,Pd tanpa merepotkan orangtua itu rasanya sesuatu banget, bahkan saat wisuda mereka datang dengan baju baru dan mobil sewaan (mudah2an ada waktu bisa punya) lalu duduk manis di auditorium menyaksikan aku diwisuda.
Dan Allah memang Maha Baik, usai kuliah aku  langsung menerima tawaran pekerjaan sebagai guru ditambah part time guru les yang masih berjalan. Alhamdulillah pengalaman baik pertama yang aku dapatkan. Selain bisa mendapat uang lebih dari 3 juta perbulan untuk biaya makan, cicilan motor dan handphone juga bisa memberi sebagian ke mama. Plus bisa refreshing karena kadang2 owner sekolah ngajakin jalan2.
Naaammuuunnn,,aku merasa masalah datang menyeruku. Ketika aku memutuskan untuk menikah dan berhenti dari pekerjaan, aku merasa menyesal hingga saat ini. Dari yang tak biasa meminta, sekarang aku terpaksa meminta. Dari yang peroleh uang 3jt perbulan dari keringat sendiri, sekarang mesti  selalu mengingatkan suami untuk jatah 400rb perbulan. Hanya sekarang aku tak lagi bisa memberi sebagian uang hasil jerihku sendiri ke mama. Aku hanya berempati memberi mama beberapa uang karena rumah kontrakannya ditempati oleh keluarga kecilku.
Dari yang suka bertukar pikiran dan refresh jalan2, sekarang sudah sibuk di kamar bersama anak dan di dapur bersama panci n penggorengan.
Ini masalah buatku, terlalu batin aku mengalami perubahan ini. Entah suatu hal baik atau bukan, yang jelas terkadang aku menyesali pernikahan ini.
Astagfirullah...